oleh: master sihotang
MEDAN: PT Toba Pulp Lestari (TPL) Tbk dan masyarakat di lingkungan industri pulp Porsea, sepakat mengolah sampah menjadi pupuk kompos yang bermanfaat bagi tanaman pertanian, sekaligus mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia yang harganya semakin melambung.
Kesepakatan itu dicapai dalam satu pertemuan yang digagas Camat Parmaksian, Selamat Manurung, yang dihadiri pihak TPL dan para Kepala Desa Siantar Utara (Siruar), Tanggabatu-1, Tanggabatu-2, Pengombusan, Banjarganjang, Lumbanhuala, Doloknauli, Biusgu Barat, Lumbansitorus dan Jonggimanulus di Balai Latihan Kerja (BLK) Parmaksian.
Sampah menjadi persoalan karena menyebabkan lingkungan kotor dan tidak rapi. Bahkan, sampah organik menimbulkan bau busuk dan dapat menjadi sumber penyakit.
Berbekal keterampilan menjadikan kotoran sapi dan komponen lokal menjadi pupuk kompos (bokasi), staf senior Humas TPL, Lambertus Siregar memastikan sampah rumah tangga berupa barang buangan organik, plastik, dan juga logam, dapat diolah menjadi barang bernilai ekonomis.
‘’Khusus sampah organik dapat dikembangkan menjadi pupuk kompos yang tidak kalah kemampuannya menyuburkan tanaman. Masyarakat tinggal mengumpul sampah rumah tangga dan sampah lingkungan di sekitar. Pisahkan sampah kering dari yang basah, serta sampah plastik dari logam,” tuturnya.
Kemudian, papar dia, sampah organik diolah menjadi kompos dengan mencampur dengan komponen lokal lainnya. Sementara sampah plastik dan logam, dapat didaur ulang di berbagai pabrik untuk dijadikan barang baru.
Untuk mewujudkan kerja sama tersebut, Camat Parmasian Selamat Manurung menetapkan tiga desa sebagai percontohan dari hasil kesepakatan kesepuluh desa, yakni Tanggabatu-1, Banjarganjang, dan Pengombusan. Selain itu, tuturnya, tahun lalu TPL menyerahkan bantuan 228 tong sampah sebagai media pengumpulan sampah, masing-masing untuk Tanggabatu-1 (99), Pangombusan (99), dan Banjarganjang (30).
Parmaksian merupakan kecamatan hasil pemekaran Kecamatan Porsea, baru diresmikan Juni 2008 yang terdiri atas 10 desa. Industri pulp TPL yang berdiri di Desa Pangombusan, saat ini masuk Parmaksian. Penduduk Parmaksian umumnya petani sawah, sebagian bekerja sebagai karyawan TPL, sebagian lagi menjadi mitra bisnis maupun karyawan perusahaan mitra bisnis.
Parlindungan Siallagan, seorang penduduk setempat mengatakan bahwa pembuatan kompos sudah harus menjadi bagian dari kehidupan masyarakat. Soalnya, lanjutnya, penduduk setempat menggunakan pupuk kimia akhir-akhir ini karena harganya mahal, sudah tidak menguntungkan lagi bagi para petani.
‘’Untuk itu, salah satu pilihan adalah mengembangkan pupuk kompos dengan menggunakan bahan baku di sekitar penduduk,’’ tuturnya.
Jumat, 23 Januari 2009
TPL gandeng masyarakat produksi pupuk kompos
Jelang Imlek, harga anggur&jeruk melonjak
oleh: dormaulina sidabutar
MEDAN : Menjelang Tahun Baru China, Imlek yang jatuh tanggal 26 Januari 2009, harga buah anggur di pasaran Kota Medan, naik cukup tinggi dari hari-hari biasanya. Seperti di Pasar Rame dan Pasar Pringgan, harga anggur yang sebelumnya sekitar Rp35.000-Rp45.000 per kg, naik menjadi Rp70.000 per kg.
’’Berdasarkan pengalaman, harga anggur menjelang Imlek selalu naik karena buah ini dipergunakan untuk acara-acara ritual Budha,’’ kata Surya Surbakti, pedagang buah anggur di Pasar Pringgan, hari ini.
Selain anggur, harga buah jeruk baik lokal maupun impor, juga mengalami kenaikan signifikan. Harga jeruk impor jenis lukam dan satang dijual Rp15.000-Rp18.000 per kg, sedangkan jeruk lokal siam madu asal Berastagi dijual Rp13.000 per kg.